PENGAPIAN KONVENSIONAL
1.
Sistem Pengapian Konvensional
1.1. Pengertian
Sistem Pengapian Konvensional
Sistem pengapian konvensional adalah
salah satu sistem pengapian baterai pada motor bensin yang masih menggunakan
platina untuk memutus hubungkan arus primer koil, yang nantinya bertujuan untuk
menghasilkan induksi tegangan tinggi pada kumparan skunder yang akan disalurkan
ke masing masing busi untuk menghasilkan percikan bunga api.
Pada motor
bensin, loncatan bunga api pada busi diperlukan untuk menyalakan campuran udara
dan bahan bakar yang telah di kompresikan oleh piston
di dalam silinder pada akhir langkah kompresi.
Karena pada motor bensin proses
pembakaran di mulai oleh loncatan bunga api pada busi, maka diperlukan suatu
sistem yang berfungsi menghasilkan loncatan bunga api pada busi, untuk beberapa
metode diperlukan untuk menghasilkan arus tegangan tinggi yang diperlukan untuk
proses pembakaran yakni dinamakan sistem pengapian.
Gb. Sket Sistem Pengapian Konvensional
1.2. Fungsi Sistem Pengapian Konvensional
Sistem pengapian
bertujuan untuk mengahasilkan arus listrik bertegangan tinggi untuk kebutuhan
pembakaran campuran bahan bakar dan udara dalam ruangan bakar yakni menaikkan
tegangan baterai dari 12 V menjadi 10 KV atau lebih dengan menggunakan ignition
coil dan kemudian membagi-bagikan tegangan tinggi tersebut ke masing-masing
busi melalui distributor dan kabel tegangan tinggi.
Sehingga busi
dapat memercikkan bunga api untuk membakar campuran udara dan bahan bakar
didalam ruang bakar pada akhir langkah kompresi. Dan melakukan siklus kerjanya
dalam menghasilkan tenaga. Sistem
pengapian yang digunakan adalah pengapian listrik, dimana untuk mengahsilkan
percikan api menggunakan tenaga listrik sebagai pemercik api.
1.3. Komponen Sistem
Pengapian Konvensional
a.
Baterai
Fungsi baterai pada system pengapian adalah
menyediakan sumber tegangan untuk mensuplay tegangan yang digunakan untuk
menyalakan bunga api pada busi.
b.
Kunci Kontak

Kunci kontak berperan untuk putuskan serta menghubungkan listrik pada rangkaian
atau mematikan serta menghidupkan system. Kunci kontak pada kendaraan mempunyai
3 atau lebih terminal.
Terminal utama pada kontak yaitu terminal B atau AM dikaitkan ke baterai,
Terminal IG dikaitkan ke (+) koil pengapian serta beban lain yang memerlukan,
terminal ST dikaitkan ke selenoid starter. Bila kunci kontak itu mempunyai 4
terminal maka terminal yang ke 4 yakni terminal ACC yang dikaitkan ke accesoris
kendaraan, seperti : radio, tape serta lain-lainnya
c.
Ignition
Coil

Koil pengapian
(ignition coil) berfungsi menaikkan tegangan yang diterima dari baterai (12 V) menjadi tegangan tinggi (10 KV atau lebih), agar dapat
terjadi loncatan bunga api listrik pada elektroda busi sehingga dapat
memungkinkan terjadinya pembakaran di ruang bakar. Pada koil pengapian (ignition
coil), kumparan primer dan sekunder digulung pada inti besi.
Kumparan-kumparan ini akan menaikkan tegangan yang diterima dan baterai menjadi
tegangan tinggi dengan cara induksi elektromagnet.
d.
Distributor

Fungsi distributor
membagi dan menyalurkan arus tegangan tinggi ke setiap busi sesuai dengan
urutan pengapian (FO).
Bagian-bagian
distributor :
• Cam (nok) berfungsi untuk membuka breaker point (platina) pada sudut crankshaft (poros engkol) yang tepat
pada masing-masing selinder.
• Breaker point (platina) berfungsi untuk
memutuskan arus listrik yang mengalir melalui kumparan primer dari ignition
coil untuk menghasilkan arus tegangan tinggi pada kumparan sekunder dengan cara
induksi magnet listrik (eletromagnetic
induction).
• Capasitor/kondensor berfungsi untuk
menyerap bunga api yang terjadi antara breaker point (pada platina) pada saat
membuka dengan tujuan untuk menaikan tegangan coil sekunder.
• Centrifugal Gavernor Advancer berfungsi
untuk memajukan saat pengapian sesuai putaran mesin.
• Vacum Advancer berfungsi untuk memajukan
saat pengapian sesuai dengan beban mesin (vacum intake manifold).
• Rotor
berfungsi untuk membagikan arus listrik tegangan tinggi yang di hasilkan oleh ignition coil ke tiap-tiap busi.
• Distributor
Cap berfungsi untuk membagi-bagikan arus listrik tegangan tinggi dari rotor ke
kabel tegangan tinggi untuk masing-masing selinder.
e.
Kabel Tengangan Tinggi (high tension cords)
Kabel tegangan tinggi berfungsi untuk mengalirkan arus
listrik tegangan tinggi dan koil pengapian (ignition coil) ke busi. Kabel tegangan tinggi harus mampu mengalirkan arus
listrik tegangan tinggi yang dihasilkan di dalam koil pengapian (ignition
coil) ke busi melalui distributor tanpa adanya kebocoran. OIeh sebab itu,
penghantar (core) dibungkus.
f.
Platina (Kontak Braker)

Berfungsi
untuk memutus dan menghubungkan arus listrik dari baterai ke primer coil agar
terjadi induksi tegangan tinggi pada ignition coil. Karena apabila arus listrik
dari baterai tidak ada kontak platina hanya akan terjadi medan magnet biasa
pada kumparan primer coil. Karena prinsip kerja ignition coil sama dengan
prinsip kerja pada transformator yaitu harus dialiri arus bolak balik untuk
menaikkan tengangan. Sedangkan dari baterai menghasilkan arus listrik searah
(DC) sehingga perlu adanya platina untuk memutus dan menghubungkan arus listrik
ke primer coil agar menyerupai arus listrik bolak balik sehingga dapat terjadi
induksi tegangan tinggi pada sekunder ignition coil.
g.
Busi
Busi berfungsi
untuk memberikan loncatan bunga api melalui elektrodanya ke dalam ruang
pembakaran untuk membakar campuran udara dan bahan bakar pada saat akhir langkah
kompresi.
Komponen utama busi yaitu:
·
Insulator
keramik,
Insulator berfungsi untuk memegang elektroda tengah dan berguna sebagai insulator
antara elektroda tengah dengan wadah (cassing). Gelombang yang dibuat
pada permukaan insulator keramik berguna untuk memperpanjang jarak permukaan
antara terminal dan wadah (cassing) untuk mencegah terjadinya loncatan
bunga api tegangan tinggi. Insulator terbuat dari porselen aluminium murni yang
mempunyai daya tahan panas yang sangat baik, kekuatan mekanikal, kekuatan dielektrik,
pada temperature tinggi dan penghantar panas (thermical conductivity).
·
Cassing,
Casing berfungsi untuk menyangga insulator keramik dan juga sebagai mounting busi
terhadap mesin.
·
Elektrode Tengah
Elektroda tengah terdiri dari:
1) Sumbu pusat : mengalirkan arus dan meradiasikan
panas yang ditimbulkan oleh elektroda.
2) Seal glass : merapatkan antara poros tengah
(center shaft) dan insulator keramik dan mengikat antara poros tengah (center
shaft) dan elektroda tengah.
3) Resistor
: mengurangi suara pengapian untuk mengurangi gangguan frekuensi radio.
4) Copper core (inti tembaga) : merambatkan
panas dan elektroda dan ujung insulator agar
cepat dingin.
5) Elektroda tengah: membangkitkan loncatan bunga api
ke masa (elektroda masa).
·
Elektroda Masa
Elektroda Masa dibuat sama dengan elektroda tengah, dengan tujuan memudahkan loncatan
bunga api agar menaikkan kemampuan pengapian.
h.
Kondenser (Kondensator)

Kondensator adalah suatu komponen yang berfungsi
untuk menyimpan arus sementara saat kontak platina membuka agar tidak terjadi
loncatan bunga api pada celah platina saat platina membuka.
1.4. Prinsip Kerja Sistem Pengapian Konvensional
Apabila kunci kontak dihubungkan, arus lisirik akan mengalir dan baterai
melalui kunci kontak ke kumparan primer, ke platina (breaker point) dan
ke massa. Dalam keadaan seperti ini platina (breaker pont) masih dalam
keadaan tertutup.
Akibat mengalimya arus pada kumparan primer, maka inti besi menjadi magnet.
Bila platina (breaker point) membuka arus yang mengalir pada kumparan
primer akan terputus dan kemagnetan pada inti besi akan segera hilang.
Hilangnya kemagnetan ini akan menyebabkan pada kumparan primer dan kumparan
sekunder timbul tegangan induksi. Karena jumlah kumparan pada kumparan sekunder
lebih banyak dari kumparan primer, maka tegangan yang timbul pada kumparan
sekunder akan lebih besar atau dengan kata lain pada kumparan sekunder akan
timbul tegangan tinggi.
Tegangan
tinggi ini akan disalurkan ke rotor distributor untuk dibagi-bagikan ke busi
pada tiap silinder yang mengakhiri langkah kompresinya. Selanjutnya tegangan
tinggi pada busi akan diubah menjadi percikan bunga api guna pembakaran bahan
bakar pada ruang bakar.
Siklus
tersebut digambarkan sebagai berikut :
·
Pada saat kunci kontak ON, Platina
menutup
Aliran
arusnya adalah sebagai berikut:
Baterai
—-> Kunci kontak —-> Primer koil —-> Platina —-> Massa.
Akibat aliran listrik pada primer
koil, maka inti koil menjadi magnet.
·
Saat platina membuka
Saat
platina membuka, arus listrik melalui primer koil terputus, terjadi induksi
tegangan tinggi pada sekunder koil, sehingga arus akan mengalir seperti dibawah
ini:
Sekunder koil —-> Kabel tegangan tinggi —-> Tutup distributor
—-> Rotor —-> Kabel tegangan tinggi (kabel busi) —-> Busi —->
Massa.
Akibat
aliran listrik tegangan tinggi dari sekunder koil, mampu meloncati tahanan
udara antara elektroda tengah dengan elektroda massa pada busi dan menimbulkan
percikan bunga api.
1.5. Perawatan Dan Pemeriksaan Sistem Pengapian
Konvensional
1.5.1.
Langkah
Pemeriksaan
Ø Periksalah semua pemasangan kawat listrik bila terbakar, isolasinya
rusak atau terminal-terminalnya longgar.
Ø Periksalah kabel bertegangan tinggi bila terbakar atau isolasinya rusak dan
terminal-terminalnya berkarat.
Ø Periksalah koil pengapian bila rusak atau olinya bocor.
Ø Periksalah distributornya bila sekrup-sekrupnya, kontak-kontaknya longgar,
generator sinyal rusak atau porosnya aus.
Ø Periksalah tutup distributor dan rotor bila retak, korosi atau
elektroda-elektrodanya terbakar.
Ø Periksalah busi bila isolasinya rusak atau ada tanda-tanda korslet.
1.5.2. Langkah Perawatan
a) Pemeriksaan
Sudut Dwell
Pengertian
sudut dwell mengacu pada sudut permutaran distributor selama kontak point
tertutup. Sudut dwell harus diatur dengan benar sesuai spesifikasi pabrik,
kalau tidak kerja system akan terganggu. Jika sudut dwell terlalu kecil
(celah kontak point terlalu besar) koil pengapian mungkin tidak mendapat cukup
waktu untuk membangkitkan medan magnit, yang akan menghasilkan tegangan
sekunder yang lemah. Jika sudut dwell terlalu besar (celah kontak point terlalu
kecil) tegangan induksi primer akan melompat diantara celah kontak point,
bukannya mengisi kapasitor, collapsenya medan magnit pada koil menjadi lambat
yang akan mengakibatkan tegangan sekunder menjadi rendah.
Keausan
poros distributor atau mekanisme advancer dapat diidentifikasi dengan cara
menaikkan putaran mesin atau memberikan kevacuuman yang berbeda pada unit
vacuum dan mencatat variasi sudut dwell yang terbaca. Distributor yang memiliki perbedaan lebih dari 20 perlu diperbaiki.
b)
Pemeriksaan Waktu Pengapian
Timing light digunakan untuk memeriksa dan menyetel saat pengapian
sesuai dengan sudut putar poros engkol dimana secara langsung berhubungan
dengan posisi piston. Begitu saat pengapian disetel, selanjutnya akan
dikendalikan oleh system pengatur pegapian mekanik, vacuum atau
elektronik. Timing light yang digunakan bersamaan dengan meter pengatur
pengapian memastikan system pemajuan pengapian bekerja sesuai dengan
spesifikasi pabrik.
c)
Pemeriksaan Timing Advance
Pengecek timing advance bergabung baik dengan engine analyzer maupun dengan beberapa
timing light. Skala dikalibrasi dalam derajat advance. Ada saklar putar
dengan posisi ‘off’ yang memungkinkan saat pengapian diatur. Dengan memutar
penuh saklar pengoperasian cahaya dapat diubah.Dengan mengubah RPM engine atau
vacuum yang diterapkan pada unit vacuum advance tanda timing pada pulley engine
akan bergerak. Saklar putar akan memungkinkan lampu sorot menggerakkan tanda
timing kembali ke posisi pengaturan saat pengapian. Meter pengecek advance akan
menunjukkan derajat advance engine untuk kondisi pengoprasian
engine.
d) Pemeriksaan Koil Pengapian
Ø Pemeriksaan Lilitan Primer
Pemeriksaan resistansi dan kontinu harus dilakukan untuk mengetes lilitan
primer. Untuk mengetes lilitan primer, bacaan ohmmeter bawah dihubungkan
pada kedua terminal primer, dan bacaannya secara akurat dicatat. Bacaan
tersebut harus cocok dengan spesifikasi pabrik.
Contoh: Koil 12V –
2,5 sampai 3 Ohm
Koil Ballast – 1,5 sampai 2
Ohm
Koil Hei – 0,8 sampai 1 Ohm.
Bacaan yang benar akan menunjukkan bahwa baik rangkaian kontinu dan
faktanya tidak ada yang korslet.
Ø Pemeriksaan Lilitan
Sekunder
Untuk mengetes lilitan sekunder maka test resistansi dan test kontinu
harus dilakukan pada lilitan sekunder. Ohmmeter (Diatur pada salah satu rentang
yang tinggi) dihubungkan diantara outlet tegangan tinggi dan salah satu dari
terminal primer. Pabrik menentukan rentang resistansi dimana nilai
sekundernya berada. Pengaturan umum dari nilai-nilai tersebut berada diantara
9.000 dan 12.000 ohm.
Bacaan yang benar pada rentang yang telah ditetapkan akan menunjukkan
baik rangkaian yang lengkap dengan hubungan yang baik pada lilitan primer,
maupun lilitan-lilitan tidak korslet bersamaan.
e)
Pemeriksaan Kondensor
Pengapian
Ada tiga pengujian yang harus dilakukan terhadap kondensor:
·
Kebocoran : untuk memastikan arus tidak bocor melalui bahan penyekat dielektrik.
·
Kapasitas : untuk memeriksa keadaan plat untuk memastikan kondensor _____________________mempunyai kapasitas
untuk menyimpan semua energi listrik.
·
Resistansi seri : untuk
memeriksa sambungan kabel kondensor ke plat.
f) Pemeriksaan Kontak Point
Kontak point
pengapian memerlukan perawatan yang tinggi walaupun berharga murah yang sangat
penting dalam system pengapian. Jika ada keragu-raguan terhadap kontak point
segeralah ganti. Periksa permukaan kontak point, warna abu-abu menujukkan
pemakaian normal, permukaan yang berwarna biru tua terbakar menunjukkan salah
satu dari:
·
Celah
terlalu kecil.
·
Kondensor
rusak
·
Lilitan koil
rusak.
Pemeriksaan lainnya:
·
Kekuatan
pegas.
·
Kabel
listrik dan sambungan.
·
Celah kontak
point.
·
Keausan
poros cam distriburtor.
g) Pemeriksaan Ballast Resistor
Ballast resistor diperiksa dengan menggunakan ohmmeter, dua kali yaitu saat
engine masih dingin dan pada temperatur kerja.
h) Pemeriksaan Kabel Tegangan Tinggi dan Tutup Distributor
Resistansi kabel tegangan tinggi dan tutup distributor diperiksa dengan
menggunakana ohmmeter.
Rentang nilai resistansi kabel tegangan tinggi biasanya berkisar antara 10
– 25 K ohm, tergantung panjangnya. Kabel yang diidentifikasi mempunyai
resitansi tinggi harus dilepas dari distributor. Terminalnya harus
dilepas, periksa dan uji kembali jika terdapat permasalahan karat. Tutup
distributor harus diperiksa secara visual untuk mengetahui keretakan, terminal
yang berkarat atau rusak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar